Rabu, 09 Desember 2015

Observasi Profesi Kependidikan (Magang 1)





BAB I PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Menurut Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari Undang-undang tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar oleh seseorang untuk membentuk manusia yang dapat berguna bagi dirinya sendiri masyarakat, bangsa, dan negara dengan menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan secaraoptimal potensi secara keseluruhan. Yang artinya diharapkan bahwa dengan adanya pendidikan dapat terbentuk manusia yang baik di semua dimensinya, baik dimensi intelektual, emosional, maupun spiritual dan diharapkan nantinya dapat membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara secara aktif demi kepentingan bersama.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, mengarahkan, , menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal hingga jalur pendidikan yang lebih tinggi.
Peran guru sangatlah penting dalam dunia pendidikan karena selain berperan dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, guru juga harus memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya.
Dalam usaha demi melayani anak didik dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan, berupaya melakukan berbagai kegiatan guna mendorong tenaga pendidik demi semakin profesionalnya tenaga pendidik serta mendorong masyarakat untuk ikut aktif berpartisipasi dalam memberikan sarana untuk pendidik guna mengembangkan dirinya dalam rangka membangun pendidikan, hal ini dimaksudkan sebagai upaya membangun pendidikan yang kuat, stabil dan baik dan diharapkan  mampu  terus menerus melakukan perbaikan kearah yang lebih baik.


B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana Kultur sekolah di TK Widya Putra ?
2.      Bagaimana Kompetensi Kepribadian guru di TK Widya Putra ?
3.      Bagaimana Kompetensi Sosial guru di TK Widya Putra ?
4.      Bagaimana Kompetensi Pedagogik guru di TK Widya Putra ?

C.    TUJUAN

1.      Mengetahui kultur sekolah yang ada di TK Widya Putra
2.      Mengetahui kompetensi kepribadian yang dimiliki guru di TK Widya Putra
3.      Mengetahui kompetensi social yang dimiliki guru di TK Widya Putra
4.      Mengetahui kompetensi pedagodik yang dimiliki guru di TK Widya Putra


BAB II PEMBAHASAN

A.    HASIL OBSERVASI

Observasi dilasksanakan di TK Widya Putra yang terletak di JL. Pembangunan IV No 82 Perum UNS Jati Jaten Karanganyar .TK Widya Putra merupakan sekolah swasta yang dinaungi oleh gugus mawar.

Guru yang kami jadikan model dalam Magang I ini adalah Ibu Suciati S.Pd  yang selainmenjadi guru pengajar juga merupakan kepala sekolah di TK Widya Putra dan merupakan PNS satu-satunya yang sudah diangkat dan menerima sertifikasi. Selain Ibu Suci ada tiga guru lain yang mengajar dan seorang penjaga sekolah. TK Widya Putra memilikji tiga buah kelas yang terdiri dari kelas Playgroup yang berisi 5 murid dengan seorang guru pendamping, kelompok A yang terdiri 32 murid dengan dua orang guru pendamping dan kelompok B yang terdiri dari 30 murid dengan dua orang guru pendamping. Kegiatan belajar mengajar di TK Widya Putra dimulai pada pukul 07.30 dan berlangsung hingga pukul 10.00.

B.     KULTUR SEKOLAH

TK Widya Putra yang kami observasi memiliki kedisplinan yang dari setiap warga sekolahnya baik itu guru maupun peserta didik hal ini dapat dilihat dari kedatangan guru kesekolah sebelum jam masuk yaitu pukul 07.30 . Dalam pembelajaran sejak dimulai jam pembelajarn guru selalu mengajak anak untuk disiplin dengan cara sebelum masuk kelas anak dibiasakan berbaris terlebih dahulu kemudian anak diajak untuk berdoa bersama-sama selain untuk meningkatkan ketaqwaan anak tapi juga membiasakan anak untuk selalu berdoa sebelum memulai aktivitas.
Pengajaran kedisplinan oleh guru pada anak berlanjut saat anak memasuki kelas dimana  guru akan memanggil nama anak yang boleh masuk duluan ke kelasnya berdasarkan siapa yang tertib maka akan didahulukan sedangkan yang tidak tertib akan dipanggil terakhir. selain mengajarkan cara mengngantri hal ini juga mengajarkan anak untuk selalu bersikap tertip untuk mendapat hal yang baik.
Pembelajaran didalam kelas dilakukan oleh dua orang guru, dalam proses penbelajaran guru memberikan materi dengan cara yang menyenangkan akan tetapi tidak mengurangi ketertiban didalam kelas. Saat ada anak yang mulai kehilangan fokusnya guru akan memanggil nama anak tersebut dan mengajaknya berinteraksi agar anak kembali berkonsentrasi.
Pembelajaran didalam kelas berlangsung hingga pukul 09.00 dan setelahnya anak diijinkan untuk bersitirahat. Kedisplinan di sekolah ini juga dapat terlihat pada waktu istirahat ini dimana anak tidak diijinkan untuk makan jajanan di luar melainkan harus membawa bekal dari rumah, tentu aturan ini tidak hanya berlaku untuk anak tapi juga untuk guru. Peraturan ini jelas sangat didukung oleh setiap warga sekolah dilihat dari guru yang juga membawa bekal dari rumah dan lingkungan sekitar sekolah dimana diluar sekolah tidak didapati satu pun pedagang yang berjualan tentu hal ini juga didukung oleh kebujakan sekolah yang dilaksanakan dengan baik oleh setiap warga sekolah.
Hubungan social antar warga sekolah berjalan dengan harmonis hal ini dapat dilihat dari hubungan guru dan anak yang baik,  sebagai contoh adalah setiap anak datang ke sekolah dan akan pulang ke rumah anak selalu memberi salam san salim kepada setiap guru nya dan dalam proses pembelajaran anak dapt dengan santai dan nyaman mengungkapkan pendapatnya dan komentar-komentanya tanpa perasaan takut terhadap guru, anak pun saat diajak berinteraksi oleh gurunya dapat bersikap aktif dalam menanggapi gurunya.
Sekolah pun memiliki hubungan yang baik dengan komite sekolah yang ada. komite sekolah dan sekolah secara rutin melakukan rapat bersama yang memusyawarahkan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannBiasanya rapat dilakukan setiap dua kali atau lebih setiap semesternya, untuk membahas masalah, perkembangan yang ada di sekolah. Sehingga hubungan yang baik dengan komite sekolah akan menguntungkan untuk meningkatkan mutu dan kualitas sekolah. Hubungan yang  baik ini pun terlihat dari pihak komite sekolah yang selalu berhubungan dan berkomunikasi dengan kepala sekolah.
Sekolah juga memiliki hubungan yang baik dengan wali murid dimana secar rutin selalu diadakan pertemuan bagi guru dan wali murid yang membahas tentang perkembangan anak. tidak hanya tentang proses perkembangnya guru juga siap dalam memberi masukan bagi wali murid dalam membantu perkembangan anak dan juga memberikan bimbingan juka wali murid meminta.
Peserta didik dan warga sekolah baik dalam maupun luar lingkungan sekolah memiliki hubungan yang baik. Anak selalu menyapa dan bersikap baik pada setiap warga sekolah yang ada baik guru, penjaga sekolah, hingga warga di sekitar sekolah. Anak saat bermain tidak hany dengan teman sebaya nya saja tapi juga dengan warga sekitar sekolah yang tentu sudah mereka kenal.
Warga sekolah TK Widya Putra memiliki beberapa kegiatan yang secara rutin dilakukan seperti kegiatan menggambar yang dilakukan pada setiap hari jumat dan sabtu, kemudian kegiatan extra menari dan juga Drumband.

C.    KOMPETENSI KEPRIBADIAN

Guru merupakan orang yang menjadi sosok teladan bagi anak yang ditiru dan dicontoh tingkah lakunya di lingkungan sekolah. Oleh karenya di TK Widya Putra selalu dihimbau bagi gurunya untuk berperilaku sesuai dengan noorma dan nilai yang berlaku . Dari hasil pengamatan kami Ibu Suci telah memenuhi kriteria guru profesional. Hal ini dapat dilihat dari kriteria di bawah pada tabel berikut:
No.
Ciri-ciri
Contoh
1.
Berperilaku yang dapat diteladani peserta didik
Dalam tingkah lakunya di lingkungan sekolah Ibu Suci telah memberi teladan yang baik dan di ikuti oleh anak seperti membuang sampah dilihat baik milik sendiri meupun orang lain pada tempatnya.
2.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, wibawa
Ibu Suci berpenampilan sederhana dan tidak berlebihan tapi tetap rapi menunjukan salah satu cermin bagi anak agar menjadi orang yang sederhana namun tetap dewasa, arif serta berwibawa.
3.
Menunjukkan tanggung jawab dan etos kerja yang tinggi
Ibu suci menunjukan tanggunng jawabnya sebagai guru dengan etos kerjanya yang tinggi, dilihat dari beliau yang datang tepat waktu dan menjaga ketertiban di sekolah. Etos kerja juga selaluIbu Suci jalankan, menurut beliau dengan etos kerja maka setiap tugas-tugas yang ada akan terselesaikan rapidan tepat waktu
4.
Bangga dan percaya diri sebagai seorang pendidik
Ibu Suci memiliki kebanggan sebagai seorang pendidik beliau tidak menkalani profesi lain sebagai seorang guru karena telah merasa nyaman menjadi seorang pendidik.
5.
Berperilaku jujur, tegas, adil  dan manusiawi
Ibu Suci tidak segan menegur anak yang berbuat kesalahan tanpa pilih kasih dengan cara yang lembut namun tetap tegas sehingga beliau dihotmati oleh anak didiknya. 
6.
Menerapkan kode etik profesi guru
Ibu Suci telah menerapkan kode etik profesi guru berdasarkan lima karakter yang telah dijelaskan di atas.

D.    KOMPETENSI SOSIAL

Kompetensi social adalah hal yang wajib dimiliki oelh seorang guru guna membangun hubungan yang baik dengan warga sekolah baik dalam maupun luar sekolah. Ibu Suci sebagai contoh selalu bersikap dan berperilakusesuai dengan nilai dan norma  yang berlaku di masyarakat. Selain itu beliau juga selalu berhubungan baik dengan seluruh warga sekolah baik teman sesame guru, penjaga sekolah, peserta didik, wali murid dan juga masyarakat sekitar sekolah.
Belaiu disekolah bagi peserta didiknya tidah hanya sebagai seorang guru tapi juga sebagai panutan dan teman bagi anak. saat di sekolah bersama Ibu Suci anak sama sekali tidak canggung dalam berinteraksi di luar jam pelajaran, anak pun juga sering bercerita pada Ibu Suci tentang pengalamannya. Ibu Suci juga memiliki hubungan yang baik dengan sesame guru, saat jam sekolah berakhir dan murid-murid telah pulang Ibu Suci bersama guru yang lain saling bantu-membantu dalam membereskan dan juga menyelesaikan tugas-tugas yang ada bersama-sama, selain itu Ibu Suci juga berhubungan baik dengan wali murid yang ada. Ibu suci tidak hanya berhubungan dengan wali murid saat rapat saja tapi beliau juga bersedia jika diminta oleh wali murid untuk memberikan masukan, saran dan bimbingan tentang anak.
Ibu Suci saat mengajar di TK WIDYA PUTRA selama ini merasa nyaman dan senang, beliau tergolong orang ramah dan mudah bergaul denga orang yang baru. Sehingga beliau mudah beradaptasi baik saat bersama dengan teman sesama guru, wali murid, anak didiknya dan juga  masyarakat di lingkungan sekolah
Ibu Suci dalam bersikap tidak pernah berlaku diskriminatif pada setiap warga sekolah, beliau selalu memperlakukan sama semua orang yang ada disekitarnya baik saat bersama sesamaguru maupun anak didik, beliau tidak menempatkan dirinya lebih tinggi dari siapapun namun menempatkan dirinya sebagai teman bagi siapapun terutama anak didiknya. Ibu suci memperlakukan semua orang sama dan dengan objektif.

E.     KOMPETENSI PEDAGOGIK

Ibu Suci memiliki kompetensi pedagogic yang cukup baik, beliau selalu berusaha meningkatkan kualitasnya dalam pembelajaran dengan peningkatan metode pembelajaran yang diterapkan kepada anak didik. Dengan adanya pengembangna metode pembelajaran yang dilakukan oleh dimaksudkan agar peserta didik tidak bosan dan kehilangan fokusnya dengan apa yang disampaikan oleh guru dan anak juga menjadi mudah dalam memahaminya. Hal ini disebabkan karena anak memiliki tingkat konsentrasi cukup pendek sehingga adalah tugas guru untuk mengembangkan metode yang efektif agaranak dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
Setiap ada hasil inovasi baru yang dapat digunakan untuk membantu dalam pembelajaran selalu dikomunikasikan di komunitas profesi agar inovasi tersebut dapat digunakan secara maksimal oleh semua pihak yang membutuhkan. Untuk itu selalu diupayakan untuk berkomunikasi dengan Komunitas profesi agar terbentuk kerja sama yang baik agar dapat saling melengkapi kekurangan dan kelebihan dari inovasi pembelajaran yang ada sehingga diharapkan dapat tercipta media pembelajaran yang bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Dalam menghadapi permasalahan yang muncul pada peserta didik setiap guru selalu berupaya sebaik-baiknya. Sebagai contoh adalah saat pembelajaran ada anak yang menangis atau bertengkar guru dengan sigap menanganinya, guru berusaha menenangkan murid yang menangis dan mendamaikan anak didiknya yang bertengkar tanpa ada unsur menghakimi dari guru. Guru dalam mememcahkan masalah melihat dengan objektif apa permasalahan yang terjadi dan tidak bersikap diskriminatif dalam memecahkan masalah.
Kommitmen guru dalam mengembangkan sekolahnya dapat dilihat dari etos kerja, kode etik dan semangat kerja, yang guru tunjukan dengan selalu beruaha mengikuti peraturan yang ada, bersikap seadil mungkin, selalu berusaha mencari inovasi baru dalam pembelajaran yang efektif bagi anak didik dan selalu berusaha meningkatkan keprofesinalannya. Sebagai contoh Ibu Suci yang selalu berusaha agar setiap program kerja dan kegiatan – kegiatan yang ada dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang ada.
Dalam pemanfaatan ICT dalam pembelajaran masihlah belum dilaksanakan secara maksimal Walaupun pengguna ICT belumlah maksimal tetapi guru yang ada telah memiliki keahlian dalam bidang ICT yang baik, sehingga guru tidak gagap teknologi dan dapat mengikuti perkembangan jaman.
Keberhasilan TK Widya Putra dapat dilihat dari banyaknya penghargaan yang diperoleh oleh TK WIDYA PUTRA dari berbagai bidang prestasi mulai dari lomba drumband, lomba melukis, lomba bercerita dan sebagainya. Tentu ini menjadi bukti keberhasilan kompetensi pedagogic yang dimiliki oleh guru di TK Widya Putra termaksud Ibu Suci.








BAB III PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Dalam Pembangunan guna meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan dukungan dari semua pihak, baik dari keluarga, sekolah, masyarakat hingga pemerintah, dukungan penting bagi anak adalah peran tenaga pendidik atau guru yang menentukan dalam peningkatan kualitas pendidikan untuk itu diperlukan kualitas dan keprofesionalan yang mumpuni dari pendidik guna terciptanya pendidikan yang baik dan berkualitas.
Sekolah yang baik haruslah memiliki kultur sekolah yang baik pula, meliputi kedisiplinan warga sekolah, hubungan social antar warga sekolah, dan kegiatan-kegiatan rutin yang diselenggarakan sekolah diperhatikan agar dapat berjalan dengan baik.
Guru sebagai teladan dan panutan anak yang di contoh dan ditiru oleh anak harus memiliki kompetensi kepribadian berupa perilaku yang baik, bertanggung jawab, mempunyai etos kerja yang baik dan berperilaku jujur, tegas, adil dan manusiawi. Agar anak dapat menjadi pribadi yang baik dimasa depan.
Guru haruslah memiliki kompetensi social yang meliputi bersikap dan berperilaku yang sesuai norma dan nilai yang berlaku, menjalin hubungan baik dengan teman sejawat, peserta didik, dan orang tua juga mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah agar dapat tercipta hubungan yang baik yang mana diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas pendidikan kearah yang lebih baik.
Guru dalam kompetensi pedagogik haruslah mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang efektif selain itu guru juga harus dapat menghasilkan inovasi baru dalam media pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik yang cocok untuk peserta didik sehingga diharapkan dapat terbentuk generasi masa depan yang mumpuni, berhasil, dan bermanfaat bagi diri sendiri dan semua orang


B.     SARAN

Metode pendidikan yang semakin berkembang seiring dengan perkembangan jaman menuntut adanya kesiapan dari setiap generasi guna dapat memenuhi kualifikasi yang ada. oleh sebab itu di jaman yang serba teknologi ini diharapkan pihak-pihak yang bersangkutan dapat lebih meningkatkan penggunaan teknologi atau ICT dalam proses pembelajaran guna memenuhi tuntutan jaman yang ada saat ini.


Lampiran

Hasil Observasi Anak Berkebutuhan Khusus Psikologi Anak



MAKALAH HASIL OBSERVASI
SEKOLAH LUAR BIASA
Dosen Pengampu : Adriani Rahma Pudyaningtyas, S.Psi., MA


Disusun Oleh :
1.      Mega Sinta Wulandari                 (K8114039)
2.      Nur Afifah                                   (K8114046)
3.      Riska Puspaningrum                    (K8114057)
4.      Tiffany Marceliawati                   (K8114065)
5.      Wahidah Daimaturrochmah        (K8114071)
6.      Woro Anjar Verianty                   (K8114072)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

Daftar Pustaka


 

BAB I PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG

Anak adalah bagian dari kehidupan dan merupakan harapan bangsa. Anak menjadi agen perubahan bagi pembentukan kehidupan masa depan sebuah bangsa. Thomas Lincon (Depkominfo, 2006) menyatakan bahwa meskipun jumlah anak-anak hanya 25% dari jumlah penduduk, tetapi menentukan 100% masa depan. Pemberian pendidikan yang baik akan membuat anak-anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan tahap peerkembangannya.
Saat ini dunia  perkembangan anak dan pemberian pendidikan pada anak sejak dini menjadi hal menarik untuk diteliti. Masalah perkembangan anak menjadi kajian yang banyak diminati oleh para ahli psikologi untuk dipecahkan. Karena pada kenyataannya selain anak-anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada umumnya, beberapa anak tidak dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan seperti anak pada umumnya. Kelompok anak-anak ini adalah anak-anak yang perkembangan dan pertumbuhannya mengalami penyimpangan baik dari segi fisik, mental, emosi, dan sosialnya bila disandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Kelompok kecil yang berbeda ini sering dipandang sebagai kelompok anak yang banyak mendapat pandangan negatif dan perlakuan negatif dari banyak lingkungan. Pada masa Renaissance, anak yang tergolong ‘cacat’ dianggap sebagai anak yang kemasukan roh jahat (setan) dan bahkan diperlakukan dengan sangat buruk. Disia-siakan dan dihina dan bahkan diperlakukan secara tidak manusiawi. Banyak dari mereka yang kemudian dikurung, diikat, bahkan dipasung. Kemudian pada abad ke-16 terjadi perubahan sikap yang lebih pasif terhadap anak-anak yang dianggap ‘cacat’. Pada abad ke-18, seorang ahli berkebangsaan Prancis yakni Jean Itard, mulai meneliti metode pendidikan bagi anak luar biasa (Mangunsong, 1998). Dengan penelitian Itard ini, mulailah pergeseran pengertian dari anak ‘cacat’ menjadi anak ‘luar biasa’.
Seiring berkembangnya zaman dimana pendidikan mengambil peran besar dan banyak, masyarakat dan orang tua mulai diberikan pengertian dan pengetahuan bahwa setiap anak adalah unik bahwa setiap anak yang terlahir pasti memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh keberagaman ciri maupun karakteristik individu anak yang dibawa. Agar anak dengan kebutuhan khusus mampu berkembang dengan baik peran orang-orang disekitar anak sangat penting. Motivasi dan perhatian yang penuh kasih sayang dari orang-orang terdekat (keluarga) akan memberikan efek positif terhadap anak. Hal utama yang paling dibutuhkan anak-anak kelompok ini adalah dapat diterima oleh lingkungannya sekalipun dengan keterbatasan yang dimilikinya. Metode dan pelayanan yang berdaya guna dan tepat guna melalui sekolah yang diwujukan dalam pemberian pendidikan berperan dalam menjadikan anak dapat duduk setara seperti anak-anak pada umumnya dan menempatkan mereka sebagai bagian dari sebuah tatanan masyarakan dan pelaku kehidupan di masyarakat yang keberadaannya diakui dan dapat secara optimal mengaktualisasikan diri mereka sebagai warga negara yang aktif tanpa melihat terhadap keterbatasan yang mereka miliki.

B.      RUMUSAN MASALAH

1.      Apa kebutuhan khusus yang dialami anak ?
2.      Bagaimana proses kegiatan belajar anak ?
3.      Bagaimana perlakuan dari lingkungan sekitar dan apa saja treatment yang diberikan pada anak ?
4.      Apa saja potensi yang dimiliki anak ?
5.      Bagaimana peran kurikulum dalam proses belajar anak disekolah ?

C.      TUJUAN

1.      Mengetahui apa saja kebutuhan khusus yang dialami anak.
2.      Mengetahui bagaimana proses kegiatan belajar anak.
3.      Mengetahui bagaimana perlakjuan yang diberikan lingkungan sekitarnya serta treatmen yang diberikan pada anak.
4.      Mengetahui apa saja potensi yang dimiliki anak.
5.      Mengatahui peran kurikulum yang berlaku terhadap proses belajar anak disekolah.

BAB II PEMBAHASAN

1.      DESKRIPSI UMUM

Pada tanggal 29 Mei 2015,jam 08.00WIB-selesai kelompok kami melakukan observasi di Yayasan Rehabilitasi Tuna Rungu Wicara,SLB.B YRTRW. Sekolah ini berada dijalan Gumunggung RT 01 RW 2,Gilingan Banjarsari. Sekolah ini berada dijalan perkampungan sehingga tidak begitu ramai Bangunan sekolah ini terdiri atas dua lantai, lantai pertama digunakan untuk ruang kelas dari jenjang TK hingga SD,juga ruang kepala sekolah,ruang guru,dan ruang tata usaha. Sedangkan lantai atas untuk ruang kelas jenjang SMP dan SMA. Ruang kelas digunakan untuk 2 jenjang sekaligus,yang hanya dipisahkan dengan sekat pembatas. Halaman sekolah ini juga tidak begitu luas,namun cukup untuk digunakan senam  para siswa.
Fokus observasi kelompok kami pada TK di SLB.B YRTRW . Disekolah tersebut hanya memiliki dua kelas untuk TK, dimana terdapat satu ruangan yang dibagi menjadi dua. Disetiap kelas terdapat satu guru yang menangani 3 – 5 murid. Didalam kelas terdapat berbagai gambar dan alat peraga. Didinding kelas siswa dapat memejang hasil karyanya. Orang tua siswa diperbolehkan menunggu didepan kelas, tapi tentu saja tidak mengganggu jalannya pembelajaran. Dalam mengajar guru menyampaikan dengan bahasa isyarat dan pengucapan yang tepat mengingat siswa merupakan anak berkebutuhan khusus.

2.      HASIL OBSERVASI

A.    Kebutuhan khusus yang dialami oleh anak

Anak di SLB yang kami amati berkebutuhan khusus yaitu tuna rungu dan tuna wicara. Seseorang bisa dikatakan tuna rungu apabila seseorang itu tidak memiliki atau masih memiliki sisa pendengaran namun sedemikian rendahnya sehingga tidak bisa mendengar suara sebagaimana orang pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus tuna rungu tidak bisa dipisahkan dengan anak berkebutuhan khusus tuna wicara. Karena tidak bisa mendengar suara, maka secara otomatis anak tuna rungu tidak bisa mengucapkan kata-kata jika tidak dilatih. Namun, belum tentu anak yang tuna wicara juga berkebutuhan khusus tuna rungu. Anak bisa mendengar suara tapi tidak bisa mengucapkan kata-kata secara jelas karena keterbatasan alat ucapnya.
Hambatan yang dialami oleh anak yaitu kesulitan atau ketidakmampuan anak dalam menerima informasi dari luar. Karena kesulitannya dalam menerima infomasi dari luar, maka anak mengalami kesulitan berkomunikasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru berbicara dengan anak menggunakan artikulasi yang jelas dan diulang-ulang serta menunjukkan atau memperagakan apa yang ingin guru sampaikan. Orang tua dirumah juga terus merangsang anak dengan lebih banyak berbicara dengan anak agar anak terlatih untuk memahami suatu kata.
Anak juga mengalami kesulitan dalam belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, anak mengalami kesulitan dalam menangkap kata-kata yang abstrak. Mungkin karena anak masih dalam rentang usia 2-7 yang kemampuan kognitifnya masih dalam tahap praoperasional konkret. Sehingga anak akan menunjukkan keinginanya dengan gambar dan kata-kata. Anak tidak sepenuhnya tidak bisa bicara, anak masih bisa mengeluarkan suara walaupun sedikit sambil tangannya mengisyaratkan sesuatu. Seperti yang kami amati ketika anak mengatakan sesuatu yang tidak begitu jelas sambil tangannya menunjuk pada sebuah toko lalu ia menarik tangan ibunya, dikira ibunya anak ingin jajan. Ternyata bukan makanan yang anak ini inginkan tetapi anak ini ingin dibelikan penghapus yang baru. Begitu salah satu cara dia menyatakan keinginaanya.
Karena kesulitan dalam pendengaran, terkadang guru sulit untuk menarik perhatian anak ketika pembelajaran. Padahal salah satu faktor yang mendukung dalam perkembangan bicara anak yaitu dengan memperlihatkan gerakan bibirnya ketika berbicara. Ketika anak tidak memperhatikan guru, guru akan semakin sulit dalam menyampaikan suatu informasi. Maka jika ada anak yang sedang tidak fokus, maka guru menghampirinya dan mengajaknya bicara agar anak bisa memperhatikan. Jumlah siswa TK di sekolah tersebut maksimal satu kelas ada 5 siswa, jadi guru lebih mudah dalam membimbing anak saat pembelajaran.
Anak mengalami kesulitan dalam berbahasa. Anak berbicara dengan artikulasi yang kurang jelas dan terkadang kurang lancar dalam berbicara. Terkadang anak juga terbolak-balik dalam menyusun kat-kata. Anak akan lebih paham jika lawan bicaranya mengucapkan kata dengan jelas, menekankan gerakan bibirnya, pelan, dan dibantu dengan isyarat. Anak juga tidak bisa langsung paham jika diajak bicara, harus diulangi terus menerus.

B.     Kegiatan Belajar

Proses belajar-mengajar yang diterapkan disekolah tersebut terutama di TKLB menggunakan metode pengajaran yang tepat yaitu menggunakan TCL (Teacher Center Learning). Metode tersebut digunakan dengan maksud anak-anak yang memiliki kekurangan mental apabila dibiarkan dan menyuruhnya belajar sendiri maka yang terjadi mereka akan bermain-main dengan temannya dan tidak berkonsentrasi dalam belajar.
Dengan menggunakan metode pembelajaran yang berpusan kepada guru maka anak akan dibimbing guru untuk melakukan pembelajaran dikelas yang lebih efektif dan mampu berkonsentrasi. Guru juga dituntut untuk selalu focus terhadap anak karena perilaku anak yang selalu berubah dan tidak mudah dikendalikan.
Sebelum pembelajaran berlangsung dilakukan berdoa bersama untuk mengawali belajar, selanjutnya guru menannyakan tentang hari, tanggal, bulan dan tahun yang bertujuaan agar anak selalu mengenal akan nama-nama hari. Selanjunya kegiatan ini selama 2x30menit, pembelajaran ini dilakukan dengan mengambil beberapa tema yang telah ada dikurikulum yang diterapkan sekolah. Kegiatan akhir anak diajak unutk mengingat apa yang telah dipelajari selanjutnya berdoa sebelum pulang.
Apabila anak tersebut melakukan sesuai apa yang diperintah guru maka anak tersebut akan mendapatkan reward dari guru seperti memberikan nilai yang baik, memberikan pujian dan sebaliknya apabila anak tersebut melakukan hal yang tidak baik maka guru harus selalu menegurnya dan mengarahkan untuk berperilaku yang baik.
Untuk mendukung terciptannya keefektifan pada saat belajar-mengajar diperlukan manajemen kelas yang se efektif mungkin mulai dari tata kelola kelas, adanya peraturan dalam penyelenggaraan kelas yang mendukung terciptanya kelas yang kondusif, guru dituntut untuk selalu mengawasi setiap anak agar dapat mengetahui perkembangan anak tersebut.
Keaktifan anak juga selalu dikembangkan dengan menggunakan beberapa metode seperti melalui gambar dengan menjelaskan gambar tersebut. Menunjukkan benda nyata agar anak lebih mengenal menggunakan pengamatannya. Maka dari itu terjalinnya hubungan yang baik dengan guru juga menjadi kunci utama dalam belajar-mengajar. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar yang mengerti akan kebutuhan anak untuk meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.

C.    Perlakuan lingkungan sekitar dan treatmen yang dilakukan

Dalam pendidikan, lingkungan dibagi menjadi 3 macam yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, anak pernah diberi treatment artikulasi digunakan  abk tuna wicara untuk melatih pengucapan  dan terapi gong digunakan abk tuna rungu  untuk mengecek kepekaan telinga. Treatment tersebut berikan orang orangtua selama satu tahun atas anjuran dokter, tetapi selama setahun itu tidak ada perkembangan yang ditunjukkan sianak. Maka dari itu orang tua memilih untuk menghentikan terapi tersebut dan orang tua memasukkan anaknya ke SLB. Dalam keluarga anak diajarkan untuk mandiri misalnya seperti mandi sendiri, makan sendiri, dan pergi ke toilet sendiri. Walaupun orang tua sadar bahwa anak mereka memiliki kekurangan dalam hal berbicara dan mendengar, akan tetapi keluarga yakin bahwa anak dapat mandiri. Ketika dirumah anak belajar dengan sesuka hatinya. Akan tetapi, apabila anak diberi PR oleh gurunya maka anak dengan semangat mengerjakan PR tersebut. Orang tua menemani anak saat belajar dan memberikan bimbingan pada anak. Orang tua juga memberikan pujian sebagai bentuk dorongan dan motivasi bagi anak agar anak bisa percaya diri dalam melakukan setiap kegiatannya.
Letak sekolah yang jauh dari jalan raya membuat proses belajar anak menjadi lebih aman, nyaman dan tenang. Lingkungan sekolah sangat membantu anak dalam pendidikannya. Sekolah mengajarkan bahasa isyarat dan peragaan agar anak dapat menyampaikan sesuatu dengan cukup jelas. Sekolah si anak lebih mengutamakan anak dapat berbicara, walaupun anak tak dapat berbicara layaknya anak normal lainnya tetapi setidaknya anak sudah berusaha untuk bicara. Sekolah juga memberikan beberapa treatment seperti artikulasi dan terapi gong.Tak hanya treatment, sekolah juga memberikan pembelajaran layaknya sekolah PAUD pada umumnya seperti belajar membaca, menyanyi, mewarnai, melipat kertas, dan olahraga. Menurut ibu si anak, setelah anak disekolahkan di SLB selama 2 tahun anak menunjukkan beberapa perkembangan. Ketika disekolah anak belum mau ditinggal ibunya, jadi selama pembelajaran dikelas ibu si anak menunggu di teras kelas. Didalam kelas ketika anak sudah selesai mengerjakan tugasnya maka ia akan bermain sendiri atau berlarian kesana kemari seperti anak normal pada umumnya. Dilingkungan sekolahnya anak dapat berkomunikasi dengan baik, baik itu teman atau gurunya.
Dalam masyarakat, masih ada sebagian kecil orang yang belum bisa menerima kekurangan anak, tetapi hal tersebut tidak membuat anak berkecil hati dan minder, anak justru senang bermain-main dengan orang-orang disekitar rumahnya. Anak dapat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar rumah dengan menggunakan bahasa isyarat dan sebagian dari masyarakat itu dapat memahami apa yang dimaksud si anak. Anak juga memiliki teman di lingkungan sekitarnya  dan teman-temannya tersebut dapat menerima kekurangan si anak sehingga anak dapat bermain dengan nyaman tanpa ada perbedaan diantara mereka. Dengan pendidikan yang diterima anak dalam lingkungan keluarga dan sekolah anak dapat berinteraksi dengan baik di masyarakat.

D.    Potensi Anak

Menurut Endra K Pihadhi (2004;6) potensi bisa disebut sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendan yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sri Hapsari (2005;2) menjelaskan potensi diri merupakan kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik.
Dari pengamatan yang telah kami lakukan di SLB-B YRTRW, sekolah khusus tuna rungu wicara Surakarta yang direalisasikan pada jum’at, 29 Mei 2015 kami mengambil sempel satu anak dari kelas P1 berumur 5 tahun dengan kebutuhan khusus kelompok B dan menderita dua keabnormalan yaitu anak rungu-wicara. Melalui metode wawancara yang kami lakukan dengan orang tua anak, anak tidak terlahir dengan kekhususan yang dimilikinya sekarang. Ketika berumur 2 bulan anak pernah menjalani operasi pengangkatan benjolan kecil seperti tumor di bagian leher, tepat di belakang telinga dengan pembedahan vertikal. Setelah mengalami keterlambatan berjalan dan belum bisa berbicara diusianya 2 tahun orang tua membawa anak ke RS.M bagian tumbuh kembang anak. Setelah melakukan serangkaian tes, dokter menyarankan anak untuk di bawa ke bagian THT (telinga, hidung, tenggorokan) setelah melihat anak tidak merespon panggilan dan bunyi yang ditujukan kepadanya. Setelah dites Bera anak dinyatakan sebagai anak berkebutuhan khusus tuna rungu-wicara. Anak mengalami hearing less (tuna rungu total), alat bantu dengar yang dipasang ditelinga anak tidak dapat membuat anak merespon bunyi yang datang dari luar.
Melalui metode wawancara yang telah kami lakukan dengan orang tua anak, sejauh pengamatan dan tingkat kesenangan anak, orang tua mengatakan bahwa anak mempunyai potensi dibidang menulis. Hal ini didukung dengan anak lebih suka pada alat tulis seperti pensil, penghapus, dan buku tulis dibandingkan pada pensil warna, buku bergambar dan berwarna. Pernah suatu kali orang tua mencoba mengenalkan nama-nama buah dengan gambar dan warna tapi anak tidak mau. Kapasitasnya untuk menulis lebih banyak dilakukan hal ini dikatakan oleh orang tua anak “ kalau si N sukanya menulis mbak, setelah pulang sekolah langsung menulis. Meskipun ya tulisannya kadang-kadang tidak bisa dibaca”. Potensi lain yang dimiliki anak adalah anak mempunyai sosialisasi yang baik dengan teman sebayanya di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat anak tinggal. Meski sedikit berbeda dengan anak biasa, anak tetap menjalin pertemanan dengan anak lain dilingkungan rumahnya. Untuk berkomunikasi mereka menggunakan isyarat dan gerakan bibir agar komunikasi dapat berjalan dua arah. Anak dapat menyesuaikan diri dan melakukan sosialisasi dengan baik, tidak minder dan mempunyai kemauan yang keras.
Seorang ahli bernama Bronfenbrenner (2006) menyatakan bahwa kesejahteraan psikis dan fisik serta pendidikan anak sangat tergantung pada sejahtera atau tidaknya keluarga. Keluarga mempunyai peran penting dalam mengembangkan bakat, potensi dan ketrampilannya dengan memberikan kebebasan dalam mengekspresikan diri mereka. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua akan menjadi hal penting yang akan ikut menentukan arah perkembangan dan prtumbuhan anak. Teori Psikososial Erikson menyatakan autonomy vs shame and doubt. Ketika orang tua memberikan kebebasan dan dorongan pada anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan tidak cenderung banyak menuntut (pengasuhan otoriter) dan membatasi anak maka anak akan mengembangkan sikap mandiri dan pengendalian atas diri mereka. Hal ini akan mengurangi presentase anak untuk mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu pada hal yang akan dilakukannya. Jika orang tua terlalu protektif terhadap anak disebabkan karena kekhususan yang dimilikinya maka anak akan menjadi defendent (ketergantungan). Anak tidak diberi kesempatan offensif sehingga muncul socio-conform sehingga anak menjadi defendent. Anak menjadi self relation (hanya mampu bersosialisasi dengan dirinya sendiri) dan akan mengembangkan rasa takut salah pada tahap selanjutnya karena biasa di dikte oleh orang tua dalam melakukan segala hal.Dari hasil observasi yang telah kami lakukan dengan metode wawancara, orang tua mengatakan bahwa si anak sudah mulai mengembangkan kemandiriannya, anak sudah dapat mandi, berpakaian, buang air kekamar mandi tanpa bantuan dan cebok sendiri.
Yang perlu diperhatiakan oleh orang tua adalah seberapa jauh anak perlu diperhatikan, diberi kebebasan dan kesempatan untuk mengekspresikan ide-idenya, dihargai hasil karya/prestasinya, didengar isi hatinya, tidak ada paksaan/tekanan dan ancaman terhadap dirinya, serta mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan kejiwaannya tanpa meninggalkan kekhususan yang dimilikinya. Teori psikososial Erikson menyatakan initiative vs guilt dimana ketika orang tua sudah dapat memahami, menerima keaktifan anak, bersabar, dan dapat menjawab keingintahuan anak mengenai sesuatu hal maka anak akan belajar mendekati keinginannya dan perasaan inisiatif menjadi semakin kuat. Hal ini akan mengurangi anak enggan mengambil inisiatif untuk mendekati keinginannya dan akan merasa bersalah. Sikap inisiatif sangat diperlukan anak untuk menggali potensi yang ada pada diri mereka karena inisiatif akan menjadi dasar bagi anak untuk bertindak produktif pada tahap selanjutnya sehingga seluruh potensinya akan berkembang optimal.
Sekolah hanya sebagai salah satu faktor keberhasilan anak dalam mengenyam pendidikan untuk mencapai kesetaraan dan meningkatkan dirinya didalam masyarakat. Pendidikan sebagai bekal dalam pemberian stimulus untuk merangsang potensi anak dan mengoptimalkannya tapi tetap pendidikan bermula dari keluarga. Dengan hal ini diharapkan nantinya akan dapat menempatkan anak-anak ini ditengah-tengah masyarakat sebagaimana mestinya, mereka akan mampu, mereka akan senang, dan mereka akan mencapai hidup layak (a placement).

E.     Kurikulum di Sekolah

Kurikulum merupakan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran dibidang pendidikan oleh sekolah. Kurikulum disusun oleh pemerintah guna menentukan arah dan tujuan yang sama dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan oleh semua sekolah diseluruh indonesia dengan latar belakang dan tingkat kebutuhan yang berbeda-beda. Kurikulum bersifat elastis dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Dari pengamatan yang telah kami lakukan di SLB-B YRTRW, sekolah khusus tuna rungu wicara Surakarta yang direalisasikan pada jum’at, 29 Mei 2015 dengan metode wawancara dengan guru. Guru menyatakan bahwa untuk SLB-B YRTRW masih menggunakan kurikulum lama dan masih dalam rangka persiapan untuk menggunakan kurikulum 2013 ditahun yang akan datang. Dilansir dari joglosemar.com bahwa sebagian guru PLB mendapatkan pelatihan kurikulum 2013 untuk umum karena kurikulum yang dipakai untuk PLB merupakan kurikulum modifikasi. Pelaksanaan penerapan kurikulum 2013 akan dimulai pada tahun ajaran baru, dan saat ini baru diprogramkan. Tim pengembangan kurikulum 2013 PLB bidang pendidikan dasar (Dikdas) tingkat nasional, Karsono mengharapkan dengan program penerapan kurikulum 2013 untuk PLB akan mampu memberikan pendidikan karakter pada siswa karena kurikulum 2013 menekankan pada nilai pendidikan karakter sehingga mampu memberikan empat kompetensi inti pada siswa berkebutuhan khusus yaitu religi, sosial, pengetahuan, dan aplikasi/ketrampilan.
Menurut guru SLB-B YRTRW kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum lama untuk SLB, untuk kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 masih dalam proses persiapan dan penyempurnaan untuk tahun ajaran baru. Pada prinsipnya kurikulum yang dipakai untuk SLB hampir sama dengan kurikulum umum untuk sekolah reguler. Dari segi materi pembelajaran yang akan diberikan, kompetensi yang akan dicapai anak dan cara penilaian. Hanya saja perbedaan terletak pada metode yang digunakan jika sekolah reguler model pembelajarannya klasikal, SLB menggunakan model pembelajaran individual. Lebih memperhatikan karakter anak berkebutuhan khusus golongan B serta untuk beberapa mata pelajaran ada tambahan dan pengurangan kompetensi yang harus dicapai siswa dan karakteristik penilaiannya. Seperti untuk materi bahasa indonesia terdapat materi ‘Membaca Indah’, anak diajarkan tentang membaca indah misalnya puisi, untuk anak normal materi ini dapat diajarkan dan dipraktekkan untuk meendapat penilaian tetapi untuk SLB-B hal ini kecil sekali kemungkinannya untuk setiap anak membacakan puisi dengan suara indah karena untuk anak golongan ini terdapat beberapa karakteristik suara yang dimiliki anak SLB-B. Ada yang model suaranya sengau, ada yang datar, dan ada yang hanya gerakan bibir dan tidak ada suaranya. Tapi materi tentang puisi dan membaca indah tetap diberikan, anak tetap mendapatkan pengetahuan tentang membaca indah dan puisi namun dalam hasil prakteknya tidak dapat disamakan dengan anak normal. Karena kekhususan SLB-B adalah terletak pada artikulasinya maka didalam SLB-B ada BKPBI yaitu ‘Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama’ dimana anak-anak normal tidak diajarkan tentang materi ini, bagaimana anak dapat mengucapkan kata dengan benar sehingga disamping memberikan materi guru secara tidak langsung mengajarkan cara berartikulasi.
Kurikulum yang digunakan oleh sekolah saat ini sudah mampu mengoptimalkan potensi anak namun harus disertai dengan pengembangan secara berkelanjutan disana-sini dan hal ini menuntut kreativitas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Pemerintah membuat kurikulum secara garis besar dan pelaksanaannya dikelas dalam pembelajaran terletak pada guru sebagai pelaksana untuk berkreativitas dalam proses pembelajarannya untuk mencapai tujuan yang sama didalam kurikulum. Untuk mendukung potensi yang dimiliki anak sekolah juga mengadakan ekstrakulikuler seperti pramuka, menari, melukis, dan pantomim. Menurut guru, kurikulum saat ini secara keseluruhan sudah dapat mengatasi kesulitan belajar anak SLB-B hal ini dijelaskan karena didalam kurikulum sudah terdapat tujuan yang ingin dicapai, ada metode, ada cara, dan ada materi yang akan di berikan dimana materi yang akan di berikan untuk SLB-B disesuaikan dengan kemampuan anak.
Kendala dalam melaksanakan kurikulum ini hanya berlaku untuk beberapa anak yang memang benar-benar berat dalam artian kekhususan yang dimiliki anak lebih mendominasi sehingga anak sangat sulit mengembangkan dirinya. Sebagus apapun kurikulumnya kendala tetap ada karena di terapkan pada masing-masing anak yang berkarakter berbeda tetapi kendala tidak begitu prinsip dalam artian tidak begitu mempengaruhi hasil secara keseluruhannya.



BAB III PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Sekolah sebagai salah satu faktor keberhasilan anak dalam mengenyam pendidikan untuk mencapai kesetaraan dan meningkatkan dirinya. Pendidikan sebagai bekal dalam pemberian stimulus untuk merangsang potensi anak dan mengoptimalkannya
Kurikulum yang digunakan oleh sekolah saat ini dianggap telahdapat mengoptimalkan potensi anak dengan disertai  pengembangan secara berkelanjutan disana-sini dan kreativitas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Dalam sistem pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus tidaklah berbeda jauh dengan anak yang normal. Anak berkebutuhan khusus juga diberikan pelajaran-pelajaran yang sama dengan yang diberikan pada anak normal, hanya dalam prosesnya pelajaran diberikan melalui metode yang khusus agar dapat dipahami anak.
B.     SARAN
Di masyarakat saat ini masih ada segelintir orang yang  menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus tidak dapat berbuat banyak. Pandangan ini jelas merugikan anak, tidak hanya anak yang bersangkutan tapi juga menimbulkan kecemasan bagi keluarga si anak. untuk itu perlu adanya kreativitas guru dalam mengembangkan potensi serta keterampilan anak melalui pelatihan-pelatihan seperti menjahit, meronce, dan lain sebagainya.
Untuk itu dapat diawali dengan menghilangkan pandangan bahwa anak berkebutuhan khusus tidak bisa berbuat banyak. Tetapi haruslah di bangun pandangan bahwa kekurangan yang dimiliki anak bukanlah menjadi sebuah hambatan melainkan menjadi motivasi dalam menjalani kehidupan.

Daftar Pustaka

Joglosemar.”Kurikulum 2013 Serentak Di Seluruh SLB” . http://joglosemar.co/2013/12.kurikulum-2013-serentak-di-seluruh-SLB . Diakses pada tanggal 29 Mei 2015
Ahmad, Abu dan Widodo Supriyono. 2004 . Psikologi Belajar . Rineka Cipta.


 

Live Love Laugh Template by Ipietoon Cute Blog Design